Persiapan Indonesia Dalam Memasuki Masyarakat Ekonomi Asean 2015, Dilihat Dari Segi Usaha Kecil Dan Menengah (ukm)
Autor: Aloysius Arya • May 23, 2016 • Essay • 652 Words (3 Pages) • 878 Views
Persiapan Indonesia dalam memasuki Masyarakat Ekonomi Asean 2015, dilihat dari segi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Menilik perkembangan dan persaingan ekonomi dalam ruang lingkup global yang semakin maju, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di asia tenggara mencanangkan rencana untuk memasuki masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) bersama negara-negara ASEAN lainnya. Pertimbangan utama bagi Indonesia untuk memasuki lingkup MEA ini adalah untuk meningkatkan integrasi negara-negara di Asia Tenggara, serta meningkatkan daya saing baik dari segi produk maupun segi produktivitas tenaga kerja di ASEAN.
Seperti yang diketahui, Indonesia sudah memasuki sistem baru ini. Banyak kabar dari saudara-saudari kita bahwa masyarakat Filipina sudah mulai masuk ke dalam ranah lingkungan kerja di Indonesia, terutama pembantu rumah tangga dan supir. Bagaimana dengan produk lokal Indonesia? Indonesia yang kaya akan bahan baku yang juga menunjang atas produksi barang-barang kerajinan tangan, sejauh manakah kesiapan dunia usaha di Indonesia dalam menghadapi era MEA 2015?
Menurut Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan, persiapan Koperasi dan UKM nasional untuk menghadapi MEA sudah cukup baik. "Sejauh ini persiapan Koperasi dan UKM kita untuk menghadapi era MEA 2015 ini cukup bagus. Persiapan sampai saat ini untuk menghadapi MEA itu kurang lebih 60 sampai 70 persen," kata Syarief Hasan. Artikel yang dituliskan oleh Yuni Arisandy, Rabu 28 Mei 2014 ini, memandang secara optimis Koperasi dan UKM Indonesia mampu bersaing dengan baik di ASEAN. Pandangan ini didukung pula dengan indeks daya saing UKM di Indonesia berdasarkan World Economic Forum dimana peringkat daya saing UKM Indonesia naik dari nomor 52 menjadi 38, juga Indeks daya saing Indonesia terhadap negara ASEAN sebesar 4,1 sama dengan Thailand walaupun kalah dari Singapura dan Malaysia. Walau begitu, menurut Syarief dalam 2 tahun lagi ia yakin daya saing UKM di Tanah air dapat sejajar dan bahkan mengungguli Singapura dan Malaysia.
Memang tidak dipungkiri, UKM memiliki daya tahan terhadap arus krisis moneter pada tahun 1998 karena beberapa faktor, membuat posisi UKM tak kalah penting sebagai lapangan pekerjaan yang mendukung negara Indonesia. Disebutkan juga melalui artikel Atep AbduRofiq mengenai “Menakar Pengaruh Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Terhadap Pembangunan Indonesia” dimana kontribusi UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 97,16 persen atau 107 orang. Namun, penulis juga menyatakan pada saat diberlakukannya MEA, UKM Indonesia belum tentu dapat bertahan dari arus globalisasi yang sangat menekankan persaingan dalam masalah kualitas dan harga. Preferensi konsumen Indonesia yang lebih mengarah kepada produk-produk impor memberikan kemungkinan yang tidak kecil terhadap kelesuan pasar dalam negeri. Lemahnya daya saing produk Indonesia ini dikarenakan kualitas produk luar yang menawarkan kualitas yang bagus dengan harga yang kompetitif.
...